Liputanbhagasasi.com, Jakarta - 20 Oktober 2025 - Ada rasa haru sekaligus bangga ketika untuk pertama kalinya menaiki Kereta Cepat Whoosh. Bayangkan, dari Jakarta menuju Karawang kini hanya butuh waktu 20 menit, sebuah lompatan besar dalam sejarah transportasi Indonesia. Namun perjalanan kali ini bukan sekadar tentang kecepatan. Bagi kami, rombongan yang terdiri dari 20 travel agent dari berbagai daerah mulai dari Jabodetabek, Sumedang, Bandung, Surabaya hingga Malaysia ini adalah petualangan membuka babak baru pariwisata Jawa Barat.
Kegiatan bertajuk High Speed Railway Familiarization Trip ini digagas oleh ASITA Jawa Barat bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dari beberapa daerah seperti Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, dan Bandung. Tujuannya jelas: mengenalkan potensi wisata baru yang kini semakin mudah dijangkau berkat hadirnya Whoosh.
Day 1 – Menyusuri Jejak Sejarah di Karawang
Perjalanan dimulai dari Stasiun Halim. Dalam sekejap, kami telah tiba di Karawang, disambut hangat oleh Jajaka dan Mojang Karawang bersama tim Dinas Pariwisata setempat.
Tujuan pertama adalah Grand Outlet Karawang, surga belanja dengan deretan butik kelas dunia. Meski terik matahari khas kawasan industri terasa menyengat, semangat peserta justru makin membara.
Selanjutnya, kami menapaki sejarah di Rumah Proklamasi Rengasdengklok, saksi bisu lahirnya kemerdekaan Indonesia. Di tempat sederhana inilah Soekarno dan Hatta “diamankan” para pemuda agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Tak jauh dari sana, kami juga berkunjung ke rumah Abah Djiauw Kie Song, tokoh Tionghoa yang meminjamkan rumahnya demi perjuangan bangsa.
Menjelang senja, kami tiba di Candi Jiwa Batujaya, satu-satunya situs candi di Jawa Barat yang merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Di bawah cahaya sore, siluet candi tampak magis — seolah membawa kami kembali ke masa ribuan tahun silam.
Day 2 – Dari Bekasi hingga Purwakarta: Warisan, Rasa, dan Kreativitas Lokal
Hari kedua dimulai di Gedung Juang Bekasi, bangunan kolonial megah yang menjadi saksi perjuangan rakyat Bekasi dari masa kerajaan hingga revolusi. Koleksi prasasti, foto, dan diorama perjuangan disajikan apik, membangkitkan rasa bangga pada sejarah bangsa.
Tak berhenti di situ, kami menengok sisi modern Bekasi dengan mengunjungi Pabrik Sari Roti. Aroma roti hangat menyambut kami di setiap sudut. Dari tepung hingga roti lembut yang biasa kita nikmati setiap pagi, semua diproduksi melalui proses higienis dan berteknologi tinggi.
Sore hari, rombongan menuju Pusat Keramik Plered, Purwakarta. Di sinilah tradisi dan seni berpadu. Kami mencoba membuat dan mewarnai keramik sendiri, sambil mengagumi karya para pengrajin yang telah menembus pasar internasional.
Menjelang malam, aroma Sate Maranggi Plered menggoda indera. Daging empuk dengan bumbu meresap sempurna menutup hari dengan kelezatan yang tak terlupakan.
Usai santap malam, perjalanan dilanjutkan ke Sari Ater, Subang, untuk beristirahat. Hangatnya air panas alami seolah menghapus seluruh lelah perjalanan.
Day 3 – Menyelami Kearifan Lokal di Lembur Pakuan
Pagi yang sejuk di Subang membawa kami ke Lembur Pakuan Sukadaya, kawasan yang dikenal sebagai tempat tinggal Kang Dedi Mulyadi (Babah Aing). Meski bukan destinasi wisata resmi, kawasan ini memancarkan harmoni antara alam, budaya, dan manusia.
Kami menyusuri pematang sawah, menyaksikan aktivitas warga yang sarat nilai kearifan lokal, serta merasakan langsung filosofi hidup Sunda yang menyejukkan: sederhana, menyatu dengan alam, dan penuh rasa syukur.
Perjalanan berakhir di Bandung, dengan kunjungan ke rumah produksi Wayang Golek Ruhiyat, generasi kedua pengrajin wayang ternama. Suara pahat kayu dan aroma cat tradisional berpadu dalam suasana yang penuh seni. Warisan budaya Sunda yang mendunia ini menjadi penutup yang berkesan bagi seluruh peserta.
Penutup – Whoosh, Gerbang Baru Wisata Jawa Barat
FamTrip ini membuka mata bahwa Kereta Cepat Whoosh bukan sekadar simbol kemajuan teknologi, melainkan jembatan yang menghubungkan potensi wisata, budaya, dan ekonomi Jawa Barat.
Kini, wisatawan tak hanya bisa berlari bersama waktu, tetapi juga menyusuri sejarah, budaya, dan keindahan alam dengan cara yang lebih mudah dan efisien.
Jawa Barat telah membuktikan: kemajuan bukan berarti meninggalkan akar budaya - justru memperkuatnya. Whoosh bukan hanya nama kereta cepat, tetapi bunyi langkah baru pariwisata Jawa Barat menuju masa depan. (Red)